feedburner
Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

feedburner count

Penerapan Sanksi Uqubat di Pakistan

Pada hari Kamis 10 Pebruari 2009 pemerintah Pakistan mengumumkan telah mencapai kesepakatan dengan pendukung Taliban di Pakistan dan Jamaah Tathbîq asy-Syâri’ah al-Muhammadiyyah. Point-point kesepakatan itu mencakup penerapan sistem Uqubat Islam di kawasan lembah Swat. Sementara itu gerakan Taliban mengumumkan penghentian perang… Juru bicara resmi Taliban, Muslim Khan, mengatakan: “gerakan Taliban mengumumkan penghentian perang secara sepihak untuk mengokohkan niat baik. Maka Taliban tidak akan menyerang anggota lembaga keamanan Pakistan atau bangunan-bangunan pemerintah”. Akan tetapi ia menambahkan bahwa para pejuang akan terus berada di tempat mereka dan akan mempertahankan diri melawan setiap bentuk serangan yang dilancarkan terhadap mereka. Kesepakatan itu telah memunculkan banyak kritik baik di dalam maupun di luar negeri.
Lalu apa yang ada dibalik kesepatakan itu? Apakah kesepakatan itu akan merealisasikan perdamaian di lembah Swat?

Harus ditunjukkan bahwa ini bukan pertama kalinya Harakah Tathbîq asy-Syarjî’ah al-Muhammadiyyah menandatangani kesepakatan penerapan syariah di lembah Swat dengan pemerintah. Sebelumnya telah terjadi kesepakatan yang serupa dengan kesepakatan ini pada tahun 1994, tahun 1999 dan tahun 2007. Namun semua kesepakatan itu tidak bertahan lama. Pemerintah Pakistan memanfaatkan kesepakatan itu setiap kalinya demi tujuan-tujuannya sendiri. Kali ini tidak tampak bahwa di dalam niat pemerintah untuk berkomitment dengan kesepakatan tersebut. Yang lebih kuat adalah bahwa pemerintah Pakistan akan mengeksploitasi kesepakatan tersebut untuk meraih beberapa tujuan, diantaranya:
Pertama, militer Pakistan tidak ingin terjatuh ke dalam peperangan brutal dengan kelompok bersenjata di lembah Swat dan pada waktu yang sama harus terjun dalam memerangi gerakan Taliban, Baitullah Mas’ud, dan Jamaah Tahrîk Thâlibân Bâkistân di kawasan suku-suku. Yaitu bahwa kesepakatan ini akan membuka ruang bagi militer Paskistan untuk kembali merapatkan barisannya untuk digunakan di tempat-tempat lainnya.
Kedua, di balik kesepakatan itu pemerintah Pakistan bertujuan memecah barisan Taliban Swat dan Taliban yang loyal kepada al-Qaeda. Dubes Pakistan di Washington Husein Haqani mengatakan : “kami berupaya memecah barisan al-Qaeda dan kelompok bersenjata Taliban dari satu sisi dan gerakan-gerakan lokal di Swat yang berjuang untuk menerapkan syariah dari sisi yang kedua. Dan ini merupakan bagian dari fakta militer dan strategi politik yang akan mendorong para penduduk lokal untuk melakukan revolusi melawan teroris dan berikutnya untuk mengisolasi dan menghancurkan mereka”.
Ketiga, ini merupakan tujuan terpenting, yaitu bahwa Amerika telah berencana menyerang Afganistan pada kuartal keempat. Amerika telah mengirimkan 17.000 pasukan tambahan untuk tujuan ini. Dengan dukungan pasukan tambahan ini kekuatan Amerika akan meningkat 40 % dari sebelumnya. Kekuatan tambahan itu terdiri dari 8000 pasukan marinir, 4000 pasukan yang didukung kendaraan Stryker yang dipersenjatai dan 5000 pegawai pendukung. Kekuatan itu akan digunakan dalam aksi peperangan –yang biasanya dilakukan pada kuarter musim dingin- untuk memperkuat cengkeraman agresor di daerah-daerah sekitar Kabul dan melindungi jalan-jalan yang mengelilingi ibu kota. Diatas semua itu, untuk mendukung kekuatan NATO di Afganistan Selatan guna menjamin pemilu presiden yang akan berlangsung di sana pada buan Agustus mendatang.
Keempat, untuk mendukung strategi Amerika guna menciptakan stabilitas di Afganistan. Amerika telah mendorong militer Pakistan untuk membuat kesepakaan secara emporal dengan kekuatan bersenjata di Swat. Hal itu supaya militer bisa memfokuskan upayanya di kawasan suku-suku. Tambahan lagi, bahwa strategi itu mengharuskan Pakistan selalu siap dan tidak disibukkan dengan masalah perbatasan India. Oleh karena itu Amerika memerintahkan pemerintah Pakistan yang loyal kepadanya untuk memuaskan India dan berikutnya akan bisa menghilangkan ketegangan dengan India. Maka pemerintah Pakistan memenuhi perintah itu. Rahman Malik penasehat dalam negeri bagi perdana menteri mengumumkan Pakistan bertanggungjawab secara parsial atas peristiwa Bombay. Beberapa hari sebelum pemerintah Pakistan mengumumkan bertanggungjawab secara parsial akan peristiwa Bombay, Singh Modi dari partai JBJ –Janata Bharata- India yang loyal kepada Amerika, menumpahkan kemarahannya terhadap partai Konggres yang menaikkan eskalasi ketegangan dengan Pakistan. Singh Modi memfokuskan kepada faktor dalam negeri atas peristiwa Bombay. Ia mengatakan: “jika kami bertanya warga sesiapapun di sini di India, ia memiliki pengetahuan dan pengalaman minimal terhadap peristwa Bombay maka ia akan mengatakan kepada kita bahwa peristiwa itu tidak akan terjad seandainya tidak mendapat dukungan dari dalam negeri.” KEdua agen Amerika baik di Pakistan maupun di partai Janata Bharata India saling membantu dalam menurunkan tensi ketegangan antara pemrntah Zardari dan pemerintah India pimpinan partai Konggres. Hal itu untuk meniadakan alasan bagi partai Konggres yang bisa dimanfaatkan dalam mengambil aski militer terhadap Pakistan. Semua itu karena Amerika ingin menjauhkan ketegangan dari perbatasan Pakistan dengan India agar militer Pakistan memiliki kelonggaran untuk melakukan aksi-aksi militer bersama Amerika di kawasan suku-suku!.
Kelima, berkaitan dengan pernyataan Amerika yang menentang kesepakatan Swat, maka yang bisa diperhatikan di dalamnya adalah bawha pengumuman keepakatan itu terjadi setelah kepergian Holbrook dari Pakistan. Tidak tergambar bahwa Amerika tidak mengetahui hal itu. Sebagai tambahan, bahwa pernyataan awal-awal yang dikeluarkan oleh para pejabat Amerika adalah memuji kesepakatan Swat. Hal itu bertentangan dengan pernyataan NATO dan Inggris. Wakil juru bicara resmi Departemen luar negeri Amerika Gordon Durguid mengulang-ulang apa yang disebutkan oleh pejabat resmi Pakistan di departemen pertahanan tentang keseakatan. Durguid mengatakan: “sesungguhnya undang-undang islami merupakan bagian dari konstitusi Pakistan. Saya tidak memandang terdapat justifikasi bagi seorangpun di luar Pakistan untuk mendiskusikan masalah ini dan dan tentu saja bukan pula orang yang berada diatas podium ini”. Ketika salah seorang wartawan mensifati kesepakatan itu sebagai kesepakatan antara pemerintah Pakistan dan gerakan Taliban, Durguid membantahnya dengan perkataan: “kami tidak yakin atas diagnosis Anda terhadap apa yang terjadi di Pakistan. Oleh karean itu saya alihkan Anda kepada pemerintah Pakistan untuk menjelaskan hal itu kepada Anda”. Pernyataan ini bertentangan dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh utusan Inggris, as-Sami di Islamabad. Ia mengatakan: “sesungguh kesepakatan perdamaian yang lalu belum bersifat menyeluruh. Dan juga tidak menjadi solusi yang langgeng bagi masalah Swat. Wajib kami tegaskan baha kesepakatan itu akan menghentikan kekerasan dan bukan untuk menciptakan ruang tambahan bagi kekerasan”.
Keenam, adapun tentang pernyataan Holbrook yang keras seputar kesepakatan tersebut, maka sesungguhnya maksud dari pernyataan itu adalah menenangkan kewaspadaan yang keluar dari NATO, India dan negara-negara lain. Sementara pada saat yang sama hal itu untuk mendemonstrasikan keinginan Washington dalam mengirim surat yang kuat untuk militer Pakistan agar tidak melampaui tujuan dari kesepakatan tersebut yaitu untuk menciptakan ketenangan yang bersifat temporal di lembah Swat dan agar militer memiliki kelonggaran untuk memerangi Taliban di Afganistan dan di perbatasan Pakistan-Afganistan. Kemudian setelah itu menghancurkan kekuatan bersenjata di Swat. Dan sungguh Amerika tidak akan mau menerima pengulangan kejadian tahun 2006 dimana pemerintah menandatangai kesepakatan yang serupa dengan kelompok bersenjata di kawasan suku-suku. Maka kekuatan bersenjata mulai mengumpulkan diri mereka sendiri dan melakukan serangan bersenjata di dalam Afganistan. Oleh karena itu militer Pakistan tidak menarik kekuatannya dari lembah Swat meski telah ditandatangani kesepakatan itu.
Selengkapnya tentang Penerapan Sanksi Uqubat di Pakistan

Maklumat Politik Tentang Sahara Barat

Surat kabar al-Quds al-‘Arabiy edisi 6-02-09 memuat berita bahwa utusan internasional bagi Sahara Barat bertekad akan melakukan kunjungan ke negara-negara yang mengelilingi Sahara Barat yaitu Maroko, Aljazair, Mauritania dan Kota Tindouf. Sekretaris jenderal PBB, Ban Ki Moon, pada tanggal 17-01-09 telah mengumumkan menunjuk seorang berkebangsaan Amerika, Christopher Ross, sebagai utusan khusus untuk Sahara Barat menyisihkan seorang berkebangsaan Spanyol, Miguel Moratinos. Ross pada minggu lalu telah memutuskan untuk melakukan kunjungan di kawasan yang meliputi Maroko, Aljazair, Mauritania dan kota Tindouf markas pemimpin Front Polisario. Sementara itu Ross tidak berencana mengunjungi Spanyol dalam rencana kunjungannya. Sementara Spanyol adalah pihak yang memiliki kepentingan besar di Sahara Barat. Utusan khusus PBB sebelumnya selalu memasukkan Syanyol dalam daftar pihak yang harus diajak musyawarah khususnya dalam masalah Sahara Barat. Akan tetapi, Ross tidak memasukkan Spanyol di dalam rencana kunjungannya dengan alasan sudah bertemu dengan menteri luar negeri Spanyol di Washington. Keputusan Ross ini merupakan isyarat bahwa Sahara Barat, masalah Afrika yang berkepanjangan, tidak menjadi kepentingan strategis, urgent dan vital bagi Washington. Sehingga Washington tidak memberi prioritas terhadap masalah tersebut dalam kondisi ini. Karena Amerika sedang disibukan untuk mensolusi krisis ekonomi yang sedang mencekik. Ini disamping penegasan pemerintah Amerika yang baru untuk mengikutsertakan Eropa dalam memecahkan masalah-masalah global. Ross telah mengumumkan bahwa setelah selesai pembicaraan di kawasan ia akan menyerukan diadakannya rangkaian pembicaraan yang ke lima Manhatan daerah Sub Urban Washington. Empat rangkaian pembicaraan sebelumnya dalam rentang waktiu antara Juni 2007 sampai Maret 2008 telah gagal mencapai kemajuan barang seutas rambut pun dalam menghilangkan masalah, dimana setiap pihak tetap bersikukuh dengan usulan masing-masing. Dan pemerintah Amerika yang lalu tidak melakukan intervensi dengan mendekatkan (mempertemukan) antara kedua pihak delegasi.
Sesuatu yang mungkin terjadi dari utusan khusus yang baru yang berkebangsaan Amerika tersebut adalah ia hanya akan memenej krisis, dan bukan menyelesaikannya sehingga Amerika bisa tetap mempertahankan krisis Sahara Barat berada di tangannya sesuai dengan strategi Kisinger dalam memenej berbagai krisis tanpa memecah-mecahnya. Itu yang mungkin terjadi. Dewan Keamanan Internasional telah mengumumkan bahwa akan mengambil keputusan baru khusus berkaitan dengan masalah Sahara Barat setelah rangkaian ke lima perundingan yang telah diantisipati antara kedua pihak yang bertikai yaitu antara Maroko dan Polisario dan setelah laporan yang diajukan oleh Ross kepada dewan.
Selengkapnya tentang Maklumat Politik Tentang Sahara Barat

Siapakah Kelompok G 7?

Kelompok G-7 berdiri pada tahun 1976. Kelompok G-7 ini dibentuk oleh menteri-menteri keuangan tujuh negara industri besar dengan tujuan untuk membahas masalah-masalah ekonomi dan politik. Anggota kelompok G-7 adalah: Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Amerika dan Kanada. Pertemuan G-7 dihadiri oleh ketua umum Uni Eropa mewakili Uni ropa, dan kepala negara yang sedang menjadi ketua Dewan Uni Eropa. Kemudian Rusia bergabung ke dalam kelompok G-7 pada tahun 1997. Setelah itu kelompok tersebut disebut kelompok G-8. Tidak ada kewajiban meleburkan kelompok G-7 dan kelompok G-8.

Pada tanggal 13-14 Pebruari 2009, selama dua hari, para menteri keungan dan gubernur bank sentral tujuh negara industri terkaya mengadakan konferensi di Roma. Konferensi itu diadakan untuk membahas solusi krisis finansial yang melanda ketujuh negara tersebut dan juga seluruh negara di dunia.

Mereka telah mengeluarkan press release yang di dalamnya dinyatakan: “perealisasian stabilitas perekonomian global dan pasar finansial tetap menjadi prioritas utama kami” (AFP, 14-02-09). Hal itu menunjukkan bahwa perekonomian dunia dan pasar keuangan global masih tetap tidak stabil, dan masih berada dalam keguncangan. Juga menunjukkan bahwa krisis ekonomi masih terus berjalan. Bahkan mereka meminta digunakannya semua alat politik untuk merealisasi stabilitas itu. Mereka mengatakan di dalam statement mereka itu: “kami seluruhnya mengambil langkah-langkah yang tidak biasa untuk menghadapi tantangan-tantangan ini dan untuk menegaskan kembali komitmen kami untuk bekerja bersama melalui pemanfaatan semua alat politik untuk menopang pertumbuhan, investasi dan penguatan sektor finansial” (Kantor Berita RRC dan AFP, 14-02-09). Pernyataan ini menunjukkan atas ketidakmampuan doktrin kapitalisme dalam mensolusi krisis. Sehingga mereka merujuk kepada alat-alat politik yang doktrin kapitalisme itu sendiri tidak memperbolehkan negara melakukan intervensi. Atau yang oleh tokoh besar mereka yaitu Adam Smith dia sebut “cakar penguasa”.

Para peserta konferensi itu telah mengakui ketidakmampuan mereka ketika mereka mengatakan di dalam statement itu: “langkah-langkah perbaikan yang mendesak bagi sistem keuangan global sangat penting. Kerena krisis yang terjadi telah menampakkan kelemahan yang dalam di dalam sistem tersebut” (AFP, 14-02-09). Statement itu juga mengatakan: “sesungguhnya krisis yang awalnya sebagai goncangan finansial saat ini telah mencengkeram perekonomian riil dan menyebar ke seluruh dunia” (Surat Kabar RRC, 15-02-09). Yaitu bahwa krisis telah melewati pasar keuangan sehingga meliputi perekonomian secara keseluruhan. Artinya telah meliputi sumber-sumber perekonomian, alat-alat produksi, lapangan kerja dan pasar-pasar riil. Jadi masalahnya sangat serius dan bukan hanya masalah sepele.

Tampak jelas bahwa hasil yang dikeluarkan oleh kelompok G-7 mendapat perhatian serius dari sejumlah pengamat, khususnya para pengamat Eropa. Contohnya, Simon Jhonson, mantan kepala ekonom IMF. Ia mengatakan: “sesungguhnya pertemuan G-7 merupakan kesempatan yang sangat baik bagi sejumlah pemimpin negara industri untuk menegaskan kepemimpinan mereka bagi perekonomian global. Hanya saja apa yang sampai kepada kita dari hasil pertemuan itu secara resmi hanyalah penekanan dari apa-apa yang sudah dikatakan sebelumnya”. Marco Annunziata, ekonom di Uni Credit MIB di London, mengatakan: “kita mendengar pernyataan-pernyataan bombastis di dalam pertemuan tersebut, hanya saja –seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya- pernyataan itu tidak melebihi sikap-sikap sebelumnya yang menegaskan komitmen terhadap doktrin-doktrin dan komitment-komitmen yang telah kita dengar sebelumnya. Komitmen tindakan secara kolektif merupakan sesuatu yang nonsense dan menggelikan. Komitmen itu sama persis dengan komitmen yang telah mereka bicarakan pada bulan Desember yang lalu”. Menteri Keuangan Perancis, Christine Lagarde mengatakan: “diatas kertas masalahnya tampak baik. Dan tidak diragukan lagi bahwa doktrin-doktrin itu sangat baik. Tetapi yang penting adalah implementasinya”. Gubernur Bank Sentral Kanada, Mark Carnay, mengatakan kepada para wartawan di Roma: “sesungguhnya ini adalah rencana yang menyeluruh. Di sana juga terdapat niat dan keinginan. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah dimana implementasi dan pelaksanaanya”.

Sesungguhnya, pokok masalahnya adalah bahwa orang-orang Eropa tidak percaya dengan liberalisme pasar yang disodorkan oleh Amerika. Amerika menyatakan bahwa Amerika menginginkan liberalisme. Akan tetapi rencana stimulus yang dibenarkan oleh para pembuat undang-undang Amerika justru menguatkan langkah-langkah proteksi. Dan ini bertetangan dengan keputusan-keputusan G-7… Eropa sangat terkejut oleh ulah Amerika yang menutup pasar-pasar Amerika terhadap komoditas-komoditas Eropa. Eropa juga sangat terkejut dengan kerja keras pemerintahan Obama untuk meringankan dampak krisis perekonomian Amerika melalui stimulus sebesar US $ 787 milyar yang tertuang didalam rencana stimulus. Dalam pembicaraan menteri keuangan Jerman, Alistair Darling, di dalam pertemuan G-7, ia mengatakan: “kita wajib berhati-hati terhadap langkah-langkah proteksi, baik disengaja maupun yang tidak disengaja”. Di atas semua itu, orang-orang Eropa juga ikut serta dalam melakukan langkah-langkah proteksi seperti langkah-langkah yang diambil oleh Inggris paling akhir untuk melindungi angkatan kerjanya dari para imigran Eropa. Atau langkah-langkah pemerintah yang diambil oleh Perancis dan Italia untuk menyelamatkan industri produsen otomotif. Dari sisi praktis, sebenarnya ide pasar bebas telah mati!

Akan tetapi, hal yang baru di dalam konferensi G-7 itu adalah masalah China. Untuk pertama kalinya statement G-7 memuji China. Padahal konferensi G-7 sebelumnya mengkritik kebijakan finansial dan ekonomi China. Di dalam statement penutup, mereka memasukkan pujian tersebut. Statement akhir tersebut menyatakan: “kami menyambut langkah-langkah China dan kelangsungan komitmennya secara lebih besar bagi elastisitas nilai kurs yang mendorong terus menguatnya kurs mata uang Yuan secara mencolok (Ash-sharq al-Awsath, 15-02-09). Negara-negara G-7 itu dan khususnya Amerika berusaha secara sungguh-sungguh untuk menciptakan pengaruh terhadap China di dalam upaya untuk menurunkan China dan di dalam upaya menekan China dan menundukkannya kepada syarat-syaratnya. Ekonom senior bank Uni Credit, Marco Annunziata menyampaikan pujian terhadap perubahan sikap kelompok G-7 terhadap China. Ia mengatakan: “kondisi ketegangan antara Amerika Serikat dan China seungguhnya memiliki pengaruh yang berbahaya bagi pasar. Dan terus berlanjutnya pembelian obligasi AS oleh China sangat mendasar bagi stabilitas perekonomian” (Ash-sharq al-Awsath, 16-02-09).

Sesungguhnya Barat bertindak seakan-akan tidak menemukan solusi yang bisa menyelesaikan kambrukan total bagi sistem keuangan global. Semua yang dilakukan adalah menambah gelontoran uang di pasar atau meminta negara-negara –utamanya negara G-20- untuk ikut serta dalam menanggung beban masalah mereka. Misalnya, kelompok G-7 mendorong China untuk memperhatikan tingkat suku bunga mereka. Di dalam seruan mereka dinyatakan: “kami menyambut langkah-langkah China secara finansial dan komitmennya untuk menambah alastisitas tingkat suku bunga. Satu hal yang akan memperkuat dengan memperbaiki kurs Yuan secara efektif.” Maksud dari pernyataan itu adalah untuk mendapatkan kerelaan China setelah sebelumnya menteri keuangan Amerika yang baru menyerang China atas kenaikan nilai Yuan” – selama jangka waktu lalu, Amerika menekan China untuk menurunkan nilai mata uangnya supaya menciptakan realita yang mendukung perekonomian Amerika dengan jalan menguatkan ekspor dan membantu Amerika dalam pembayaran utang luar negerinya–. Geoffrey Yu, ahli strategi dalam pertukaran mata uang yang bermarkas di London mengatakan: “bahwa G-7 menyadari bahwa wajib menggabungkan China di dalam sistm keuangan global dari pada mencampakkan China dikarenakan tidak adanya elastisitas Yuan.” Pernyataan tersebut untuk meminta kerelaan China setelah sebelumnya terjadi pertentangan antara China dan Amerika Serikat.

Konferensi G-7 itu merupakan pendahuluan bagi konferensi G-20 pada tanggal 2 April mendatang yang akan di adakan di London. Nanti akan tampak pengaruhnya terhadap China. China adalah negara yang paling kecil terpengaruh oleh krisis. China satu-satunya negara yang belum memasuki resesi ataupun kontraksi. Bahkan pertumbuhan ekonominya terus berlanjut meski angkanya lebih kecil dari sebelumnya. China saat ini menjadi sasaran tujuh pemimpin kapitalisme. Tampak bahwa ungkapan mereka di dalam statement akhir: “pemanfaatan semua alat politik untuk mendukung pertumbuhan, lapangan kerja dan penguatan sektor keuangan”, maksud pernyataan ini bukan hanya bersifat dalam negeri, tetapi juga mencakup luar negeri. Yaitu memaksa negara-negara lain khususnya China untuk menerima tuntutan mereka, itu artinya adalah pemerasan negara-negara lain itu. Contohnya, menaikkan nilai tukar mata uangnya, Yuan, dan melanjutkan pembelian obligasi Amerika dimana China telah membeli obligasi Amerika hingga saat munculnya krisis telah mencapai lebih dari satu triliyun dolar. Hal itu diluar pembelian saham-saham perusahaan agunan property Fannie Mae dan Freddie Mac yang dilakukan oleh China sekitar setengah triliyun dolar. Juga pembelian saham sebesar puluhan miliar dolar atas saham raksasa Morgan Stanley dan menyelamatkannya dari keambrukan, juga saham-saham perusahaan Bank of America dan perusahaan-perusahaan lainnya. Dan mereka terus menuntut China untuk mengimplementasikan point-point Organisasi Perdagangan Global -WTO- dimana China sudah bergabung di dalamnya sejak 2001. Diantaranya point, pembebasan pasar dan pembukaan pasar bagi pesaing-pesaing mereka.

Disamping semua itu, Amerika terus bekerja untuk menampakkan bahwa Amerika adalah pemimpin dunia dan bahwa Amerika masih mengendalikan semua urusan di dunia. Menteri keuangan AS yang baru Timothy Geitchner mengatakan: “sesungguhnya dunia menghadapi krisis eknomi dan finansial yang paling buruk sejak dekade-dekade lalu. Dan bahwa pemerintah-pemerintah di dunia harus bergerak secara lebih cepat, akan tetapi dengan tetap komit terhadap doktrin-doktrin liberalisme pasar” (Reuters, 14-02-09)

Ringkasnya, Amerika di dalam konferensi G-7 itu berusaha untuk mengokohkan dirinya bahwa Amerika tetap sebagai pemimpin dunia. Itulah yang didektekan Amerika setelah kepercayaan terhadap kepemimpinan Amerika melemah akibat krisis finansial mutakhir. Sesuatu yang mungkin adalah bahwa Amerika akan bekerja di dalam konferensi G-20 yang akan datang untuk mengokohkan kembali kepemimpinan Amerika, dan bisa jadi dalam gambaran yang lebih kuat. Amerika akan mendektekan keinginannya kepada negara-negara lainnya. Khususnya bahwa negara-negara besar di Uni Eropa tidak bisa menggantikan posisi Amerika. Negara-negara besar Uni Eropa itu tidak bisa memanfaatkan peluang yang amat jarang yang lahir dari munculnya krisis ekonomi. Mereka tidak bisa memanfaatkannya hingga untuk menjadikan mereka partner sekaligus pesaing bagi kepemimpinan Amerika. Secara lebih khusus ketika Amerika harus menanggung beban terjadinya krisis finansial mutakhir, sehingga menyebabkan kepercayaan kepada Amerika dan kepada doktrin kapitalisme secara lebih umum melemah. Terlebih bahwa politik arogan dan sombong pada masa Bush telah berlalu dan terbukti gagal dan mendatangkan bencana bagi Barat secara keseluruhan.

Selengkapnya tentang Siapakah Kelompok G 7?