feedburner
Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

feedburner count

TANDA-TANDA AMBRUKNYA PERADABAN BARAT, DAN KEMENANGAN ISLAM

[AL-ISLAM 490] Sejumlah ujian keimanan dan kesabaran kembali dialami umat Islam akhir-akhir ini, khususnya di sejumlah negara Barat seperti Inggris, Denmark, Swiss, Jerman, Prancis, Kanada, Belanda dan—tentu saja tak ketinggalan—Amerika Serikat. Selain pelecehan dan diskriminasi terhadap kaum Muslim oleh pemerintahan negara-negara Barat yang memang sudah lama berlangsung, paling tidak, ada tiga bentuk ujian lain yang akhir-akhir ini diterima umat Islam di sana.

1. Pelarangan cadar/hijab/burqa.

Di Prancis, pelarangan penggunaan cadar/hijab/burqa tinggal selangkah lagi. Prancis telah mengusulkan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang menjadikan penggunaan cadar (penutup wajah) di tempat umum sebagai sebuah bentuk pelanggaran, dengan ancaman denda sebesar 750 Euro, atau sekitar Rp 9 juta (Kantor Berita HT, 9/1/10).

Warga Muslimah Prancis yang bercadar banyak yang mengeluh atas tekanan pemerintah yang terus-menerus dilakukan kepada mereka. Mereka merasa keberadaan mereka sebagai warga negara tak diakui dan cenderung dilecehkan (Eramuslim, 15/7/09).

Sebelum Prancis, Jerman ‘lebih maju’ lagi. Tahun 2007, Pengadilan administratif Jerman mengesahkan larangan mengenakan jilbab di wilayah North Rhine-Westphalia. Sebelumnya, pengadilan yang sama juga memutuskan untuk mendukung larangan berjilbab. Dari 16 negara bagian di Jerman, delapan negara bagian menyatakan melarang jilbab (Eramuslim, 15/8/2007).

Pada tahun 2007 pula, Pemerintah Kanada mengajukan proposal undang-undang berisi larangan Muslimah mencoblos dalam bilik suara Pemilu jika mengenakan cadar/burqa (Eramuslim, 29/10/07).

Pemerintah Denmark baru-baru ini juga telah memutuskan membentuk sebuah komite untuk mengkaji fenomena cadar/burqa setelah adanya tuntutan dari kelompok konservatif di pemerintah Denmark yang mendesak adanya pelarangan penuh bagi Muslimah yang mengenakan pakaian yang menutup seluruh tubuh di tempat umum (Eramuslim, 19/1/10).

Di Belanda, tahun 2008 lalu, Kementerian Pendidikan Belanda pun mengajukan usulan kepada Parlemen agar memberlakukan larangan total terhadap cadar/burqa, baik di dalam maupun di luar sekolah. Pemerintah Belanda sendiri telah menyiapkan aturan berbusana di Negeri Kincir Angin itu dan akan melarang cadar di seluruh kantor kementeriannya (Eramuslim, 9/9/08).

2. Pelarangan menara masjid.

Lebih dari 57 persen pemilih Swiss beberapa waktu lalu (29/11) telah menyetujui adanya pelarangan pembangunan menara masjid. Swiss People’s Party (SVP), partai terbesar di Swiss, telah memaksa rakyat Swiss untuk melakukan referendum (pemungutan suara). Menjelang referendum, sebuah masjid di Jenewa untuk ketiga kalinya dirusak selama kampanye anti-menara masjid, seperti dilaporkan media setempat hari Sabtu lalu (Eramuslim, 13/11/09).

Seperti belum puas, Partai Rakyat Swiss (SVP) juga sedang menyiapkan kampanye-kampanye baru untuk membatasi ruang gerak kaum Muslim di negeri itu. Sejumlah tokoh SVP mengatakan bahwa mereka juga akan mendorong diberlakukannya larangan burqa, jilbab, sunat bagi perempuan dan melarang adanya dispensasi bagi Muslimah dalam pelajaran berenang.

Larangan pembangunan menara masjid di Swiss telah bergema di seluruh Eropa, dengan adanya seruan di Belanda, Belgia dan Italia untuk melakukan referendum yang sama untuk melarang simbol-simbol Islam. Di Belgia kelompok sayap kanan Vlaams Belang mengatakan akan menyerahkan keputusan kepada DPRD Flemish untuk melarang menara-menara di negeri itu. Di Italia Liga Utara yang anti-imigran juga menyerukan larangan yang sama (Eramuslim, 1/12/09).

3. Penggeledahan warga Muslim.

Setelah serangan bom bunuh diri di Yaman yang menewaskan sejumlah anggota badan intelijen Amerika Serikat (AS), AS kembali bersikap paranoid. Kini penumpang pesawat terbang yang berasal 14 negara yang diduga ’sumber teroris’ bakal diperiksa lebih ketat dari penumpang pesawat lainnya. Prosedur yang mulai berlaku efektif pada Senin (4/1) ini juga disebabkan oleh adanya percobaan peledakan pada Hari Raya Natal lalu. Saat itu seorang pria Nigeria bernama Abdulmutallab yang mengaku anggota kelompok Al-Qaeda berusaha meledakkan pesawat AS yang tengah menuju Detroit.

Dampaknya, penumpang yang berasal dari negara yang dianggap oleh AS sebagai ’sponsor terorisme’ seperti Iran, Sudan, Suriah, Afghanistan, Algeria, Irak, Libanon, Libia, Nigeria, Pakistan, Arab Saudi, Somalia dan Yaman bakal menjalani proses pemindaian yang ekstraketat. Hampir semua negara yang dicurigai itu merupakan negara Muslim. Para penumpang tersebut akan digeledah, tas mereka diperiksa dan tubuh mereka dipindai untuk mendeteksi adanya bahan yang mungkin dapat menjadi bahan peledak. (Media Indonesia, 4/1/2010).

Front Kedua Penasihat antiterorisme Obama, John Brennan, memperingatkan. “Saya bukan ingin mengatakan bahwa AS membuka front kedua. Ini adalah tindak lanjut dari upaya yang tengah berjalan sejak dimulainya pemerintahan Obama,” ujar Brennan (Koran Jakarta, 5/1/2010).

Bandara Heathrow di London, Inggris, juga memberlakukan pemeriksaan penumpang yang meliputi skrining seluruh badan sebelum penumpang naik ke atas pesawat. Selain AS dan Inggris, Belanda sudah lebih dulu menggunakan alat semacam “scanner” yang digunakan untuk memeriksa tubuh manusia bagi para penumpang dari Bandara Schipol, Amsterdam yang menuju AS (Eramuslim, 4/1/10).

Sinyal Kebangkrutan Peradaban Barat

Beberapa fakta di atas sesungguhnya menjelaskan beberapa hal. Pertama: sinyal kebangkrutan peradaban Barat. Barat menghadapi gelombang kebangkitan Islam—yang antara lain ditunjukkan dengan banyaknya warga Barat yang masuk Islam, menjamurnya pemakaian jilbab dan cadar, serta berdirinya banyak masjid—dengan amat kalap dan membabi-buta. Barat tidak sadar, bahwa dengan itu mereka sesungguhnya sedang menistakan peradaban mereka sendiri, yakni demokrasi, HAM dan kebebasan yang selama ini mereka agung-agungkan. Jelas, ini menjadi salah satu sinyal kebangkrutan peradaban mereka.

Kedua: Omong-kosong demokrasi, HAM dan kebebasan. Barat jelas-jelas mengingkari ajaran sekaligus prinsip hidup mereka sendiri, yakni demokrasi, HAM dan kebebasan. Buktinya, selain dalam kasus-kasus di atas, Barat sudah sering bertindak diskriminatif terhadap warga Muslim dengan terus berupaya menghambat kebebasan warga Muslim untuk mengekspresikan ajaran agamanya. Jelas pula, bahwa demokrasi, HAM dan kebebasan Barat hanyalah bualan belaka.

Ketiga: Sikap Barat di atas bukanlah sekadar pelarangan menara atau jilbab/burqa, tetapi bentuk nyata dari pertarungan peradaban (clash of civilization). Hal ini tampak nyata dari alasan-alasan yang dikemukan oleh pihak-pihak yang menolak menara masjid atau jilbab/burqa. Intinya, yang mereka tolak adalah ajaran Islam yang memang merupakan sebuah ideologi dengan sistem hukum yang didasarkan pada akidah Islam. Di Swiss, misalnya, pendukung pelarangan menara itu menyebut pembangunan menara akan mencerminkan pertumbuhan sebuah ideologi dan sistem hukum yang tidak sejalan dengan demokrasi Barat.

Keempat: lebih dari sekadar pertarungan peradaban, permusuhan adalah sikap Barat yang sebenarnya terhadap Islam dan kaum Muslim. Bahkan permusuhan Barat terhadap Islam dan kaum Muslim sangatlah keras. Fakta pelarangan jilbab/burqa dan menara masjid serta penggeledahan warga Muslim hanyalah secuil buktinya. Selama ini sikap permusuhan yang jauh lebih keras dan biadab terhadap Islam dan kaum Muslim sesungguhnya telah mereka pamerkan kepada dunia dengan penuh kecongkakan. Pelecehan terhadap Baginda Nabi saw. dalam bentuk kartun di Denmark, pembuatan film ‘Fitna’ yang melecehkan jihad di Belanda, penistaan al-Quran di Penjara Guantanamo, dll adalah di antara bentuk permusuhan mereka yang tidak bisa dianggap kecil.

Lebih dari itu, Perang Melawan Terorisme (Wor on Terorrism) yang nyata-nyata ditujukan terhadap umat Islam di berbagai negara yang telah menewaskan jutaan Muslim, khususnya di Irak dan Afganistan, adalah bukti lain tentang betapa kerasnya permusuhan Barat kafir tehadap Islam dan kaum Muslim. Mahabenar Allah SWT yang berfirman:

«قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ»

Telah tampak kebencian dari lisan-lisan mereka (orang-orang kafir) dan apa yang tersembunyi di dalam dada mereka adalah lebih besar lagi (QS Ali Imran [3]: 118).

Allah SWT juga berfirman:

«وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ»

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka (QS al-Baqarah [2]: 120).

Sikap Umat Islam

Memperhatikan seluruh fakta di atas, umat Islam sudah seharusnya menyadari sejumlah hal di antaranya: Pertama, Barat kafir penjajah sesungguhnya tidak akan pernah berhenti memusuhi Islam dan umatnya. Apa yang mereka serukan ke tengah-tengah kaum Muslim seperti demokrasi, HAM, kebebasan, dialog antarperadaban Barat-Islam dll hanyalah omong-kosong belaka. Pasalnya, semua yang mereka serukan itu terbukti bertentangan dengan sikap mereka yang sebenarnya, sebagaimana terungkap di atas. Semua itu hanyalah tipuan agar kaum Muslim mau menerima nilai dan ajaran mereka.

Kedua, Islam dan umatnya akan tetap mengalami pelecehan, penistaan bahkan ancaman kekerasan dan pembunuhan dari negara-negara Barat kafir penjajah atau negara-negara yang mereka dukung (seperti Israel)—sebagaimana terjadi di Irak, Afganistan dan Palestina—selama Islam dan umatnya tidak memiliki pelindung, yakni sebuah institusi negara yang mempersatukan mereka di seluruh dunia. Itulah Khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah. Khilafahlah pemersatu dan pelindung umat dari segala ancaman, termasuk dari penjajahan Barat. Itulah yang diisyaratkan oleh Baginda Nabi saw. melalui sabdanya:

«إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ»

Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah pelindung. Dia bersama pengikutnya memerangi orang kafir dan zalim serta melindungi orang-orang Mukmin (HR al-Bukhari dan Muslim)

Khilafah juga akan membebaskan umat dari seluruh persoalan kehidupan mereka dengan menerapkan syariah Islam dalam segala aspeknya. Karena itu, selain kewajiban syariah, perjuangan penegakan Khilafah semakin relevan dan penting untuk membangkitkan umat menuju masa depan yang lebih baik.

Ketiga, semuanya ini merupakan tanda ambruknya peradaban Barat, dan kembalinya kemenangan Islam. Dengan izin Allah, itu tidak akan lama lagi.[]


KOMENTAR AL-ISLAM:

Keliru, Mahasiswa Biayai Pendidikan (Republika, 19/1/2010).

Benar. Dalam Islam, Pemerintahlah yang bertanggung jawab sepenuhnya atas pendidikan rakyatnya.
Selengkapnya tentang TANDA-TANDA AMBRUKNYA PERADABAN BARAT, DAN KEMENANGAN ISLAM

Kaleideskop Dunia Islam 2009 : Objek Imperialisme Barat


Tidak ada perubahan berarti nasib dunia Islam pada tahun 2009. Tanpa Khilafah , Dunia Islam masih menjadi objek kebijakan imperialisme negara-negara Barat dan sekutunya.

Ideologi Kapitalisme yang diemban oleh negara secara konsisten menjadikan penjajahan sebagai metode baku politik luar negeri mereka. Dunia Islam yang memiliki potensi politik dan ekonomi yang luar biasa menjadi objek penjajahan dunia Barat. Beberapa isu hangat yang mencerminkan itu antara lain:

Derita Irak, Afghanistan, Khasmir, India, dan Bosnia

Irak dan Afghanistan merupakan dua negara yang secara fisik langsung dijajah oleh AS dengan pendudukan militer. Di samping menghancurkan bangunan fisik di dua negeri ini dengan pemboman yang membabi buta, korban rakyat sipil pun berjatuhan. Di Irak hingga kini sekitar satu juta orang terbunuh. Ribuan orang terbunuh di Afghanistan.

Di Afghanistan serangan terhadap rakyat sipil berulang terjadi. Seperti biasa AS mengklaim mereka menyerang al Qaidah, meskipun banyak di antara korban adalah para wanita dan anak-anak. Pada awal Desember 2009, 13 warga sipil tewas provinsi Lagham terbunuh dalam serangan oleh NATO.

Janji Obama untuk membuka babak baru hubungan Islam dan AS yang saling menguntungkan kembali terbukti omong kosong. BBC online (30/11) melaporkan Presiden Obama mengirim tambahan pasukan 30 ribu personel ke Afghanistan.

Masih pada November, empat orang warga sipil meninggal akibat serangan rudal yang dilakukan oleh pesawat mata-mata tak berawak, yang diyakini pesawat itu milik Amerika. Serangan rudal itu menimpa rumah seorang pemimpin suku di utara Waziristan.Sumber tersebut mengatakan bahwa serangan yang terjadi di daerah Newark itu juga melukai empat orang lainnya.

Pada bulan September (4/9) lebih dari seratus orang, sebagian besar warga sipil, dilaporkan tewas dan sejumlah lainnya terluka setelah pesawat-pesawat tempur pimpinan AS menyerang tanker bahan bakar di wilayah utara Afghanistan. Gubernur Provinsi Kunduz, Mohammad Omar, mengkhawatirkan jumlah korban tewas bisa mencapai 90 orang.

Serangan tidak hanya terjadi di Afghanistan, daerah perbatasan Afghanistan-Pakistan pun menjadi sasaran pembantaian masal AS dan sekutunya. Pada bulan Agustus enam orang tewas dalam serangan pesawat tanpa awak milik AS di wilayah Suku Waziristan selatan di Pakistan barat-laut, yang berbatasan dengan Afghanistan, demikian laporan stasiun televisi Kamis(6/8). Menurut saluran TV swasta Express News, pesawat tanpa awak itu menembakkan dua rudal ke satu rumah di Desa Kani Kuram di Waziristan selatan, menewaskan enam orang dan melukai sembilan orang lagi, sementara stasiun TV Geo News menyatakan serangan tersebut telah menewaskan delapan orang.

Negara teroris Amerika Serikat kembali membunuh rakyat sipil Afghanistan di pertengahan 2009. Kali ini yang menjadi korbannya adalah petani. Seperti yang dilaporkan Republika online (06/08), serangan udara yang dilancarkan pasukan Barat di Afghanistan Selatan menewaskan lima petani. Demikian diungkapkan seorang kepala kepolisian lokal. Para petani tersebut tengah memuat hasil panen mereka, mentimun, ke dalam sebuah taksi.

Di bulan Mei AS menyerang warga sipil. Sedikitnya 97 warga sipil tewas. Kebanyakan anak-anak. Menurut Komisi Hak Asasi Independen Afghanistan, AIHRC, seperti dilansir situs straittimes, Rabu (27/5/2009), peristiwa penembakan terjadi pada 4-5 Mei lalu yang terjadi di barat daya Provinsi Farah. Selain menewaskan korban sipil, tak sedikit juga pasukan militer Afghanistan menjadi korban keganasan pasukan militer AS. Pemerintah Afghanistan menyebutkan, sekitar 140 warga sipil tewas.

Rakyat Afghanistan pun bangkit untuk menentang penjajahan AS dan sekutunya. Sekitar seribu warga Afghanistan, mayoritas para mahasiswa menunjukkan kemarahannya terhadap AS dengan membakar “orang-orangan” berbentuk Presiden AS Barack Obama. Rakyat bersama para mahasiswa Afghanistan itu turun ke jalan-jalan dan melakukan aksi long march di Kabul-ibukota Afghanistan hari Minggu (25/10) setelah mendengar kabar bahwa tentara-tentara AS membakar kitab suci Alquran. Para demonstran membakar sebuah “boneka” berbentuk Presiden AS Barack Obama, sambil meneriakkan pernyataan “Mati Kau Amerika, Hancurkan Israel !”, “Tolak demokrasi. Yang kami inginkan hanya Islam !”.

Tidak hanya Afghanistan dan Irak, darah umat Islam juga tertumpah karena tiada yang melindungi umat ini sejak runtuhnya Khilafah Islam. Sebuah kelompok hak asasi manusia di Kashmir menyatakan, Rabu (2/12), mereka telah menemukan sekitar 1.700 kuburan tanpa nama yang terkait dengan pembantaian di wilayah itu dan mendesak pihak berwenang melakukan penyelidikan. Kuburan-kuburan itu ditemukan di 55 desa dekat Garis Pengawasan, yang memisahkan wilayah-wilayah Kashmir antara India dan Pakistan, kata kelompok Pengadilan Rakyat Internasional mengenai Hak Asasi Manusia dan Keadilan di Kashmir India (IPTK). Pembantaian atas Muslim Kashmir oleh ekstrimis India mulai terjadi sejak tahun 1947, lebih dari 70.000 syahid.

Sementara di India, kaum nasionalis Hindu yang merupakan kunci pemerintahan dan para tokoh oposisi pemerintah mengatur penghancuran Masjid Babri yang bersejarah pada tahun 1992 menurut sebuah investigasi yang berlangsung selama 17 tahun di India. Mantan Perdana Menteri Atal Bihari Vajpayee menjadi bagian dari “perencanaan cermat” penghancuran masjid yang dibangun pada abad ke-16 tersebut menurut bocoran dari investigasi yang diterbitkan oleh harian Indian Express pada hari Ahad (23/11). Pembongkaran Masjid Babri tersebut memicu kekerasan antara umat Hindu dengan umat Muslim yang terburuk. Hampir 2.000 lebih orang yang sebagian besar umat Islam meninggal akibat kekerasan tersebut

Tidak kalah menyedihkan adalah nasib umat Islam di Bosnia. Ketua Komite Pencarian Orang Hilang di Bosnia dan Herzegovina, Omar Machovic pada kesempatan Hari Orang Hilang Dunia, (30/8) mengungkapkan, lebih dari 30 ribu orang masih hilang di Bosnia dan Herzegovina sejak pecah perang pada awal dekade terakhir. Machovic berkata kepada Kantor Berita Kuwait (KUNA) bahwa jumlah keseluruhan orang yang hilang di semua negara bekas Yugoslavia ini mencapai 40 ribu orang, 80 persen di antaranya adalah kaum Muslim Bosnia.

Sementara itu , umat Islam di Turkistan Timur (versi China Xianjiang) terus ditindak oleh pemerintah Komunis China. Diperkirakan korban jiwa dalam kerusuhan di kota Urumqi, China, antara Muslim dengan suku Han China mencapai 600 hingga 800 orang tewa, kata Wakil Presiden Kongres Uighur Dunia, Asgar Can, Rabu (8/07).

Pihak berwenang Cina di Provinsi Xinjiang telah mengeluarkan pengumuman bahwa setiap warga atau pekerja Uighur apabila ditemukan tidak makan siang selama bulan Ramadhan bisa kehilangan pekerjaan mereka. Ini adalah bagian dari kampanye pemerintah daerah di Xinjiang, tempat kelompok Muslim Uighur, untuk memaksa orang-orang Uighur untuk tidak melakukan ritual keagamaan mereka selama bulan puasa Ramadan.

Dukungan Barat terhadap Negara Zionis Israel

Kebijakan imperialisme AS juga ditunjukkan dengan dukungan yang membabi-buta negara itu terhadap tindakan keji Israel. Ketika terjadi agresi Israel ke Gaza (yang berakhir pada Januari 2009) Obama tidak memberikan reaksi apa-apa. Tak keluar dari mulutnya meski hanya sebuah kata untuk menunjukkan rasa simpati kepada para korban apalagi mengutuk Israel.

Bagi Obama seolah-olah di sana tidak terjadi apa-apa. Padahal ada lebih 1.300 orang meninggal dunia dalam hitungan hari. Kawasan Gaza juga hancur porak-poranda. Obama malah berkata: “Amerika berpegang teguh pada keamanan Israel. Dan kita akan terus mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri melawan ancaman yang sah.” Inikah yang disebut mutual respect?

Pengkhianatan Penguasa Negeri Islam

Hari ke-19 serangan brutal Israel ke Gaza, lebih dari 1.001 meninggal sebagai syuhada, 4.600 terluka, lebih dari 350 korban adalah anak-anak dan 80 wanita (Aljazeera; 14/01/2008). Korban terus berjatuhan, tapi para penguasa Arab pengkhianat masih sibuk membahas solusi melalui KTT Doha, KTT Kuwait, KTT Riyad dan beberapa KTT lagi. Padahal solusinya sudah jelas dan mereka sudah tahu. Tidak perlu KTT. Kirim tentara, buka pinta Rafah untuk jihad fi sabilillah menghancurkan Israel. Itulah perintah Islam. Jika tidak mereka semuanya adalah pengecut dan pengkhianat.

Surat kabar Israel “Haaretz” mengatakan Rabu (9/12) bahwa Mesir telah memulai pembangunan tembok baja yang besar di sepanjang perbatasan dengan Gaza, untuk menghentikan terowongan penyelundupan di wilayah ini. Surat kabar tersebut mengutip dari beberapa sumber Mesir yang mengatakan bahwa panjang tembok itu antara sembilan sampai sepuluh kilometer di kedalaman berkisar antara 20 hingga 30 meter di bawah tanah, sehingga sulit membuat lubang, sekalipun memakai alat pelebur.

Alih-alih menyatakan perang dengan Israel dan memutuskan hubungan dengan AS yang menjajah negeri Islam, penguasa negeri Islam malah bekerja sama dengan dua negara itu. Situs www.alokab.com mengutip dari surat kabar Israel Haaretz (Selasa 10/11) yang mengungkap adanya kerja sama rahasia militer Israel dan Yordania. Tujuan kerja sama militer ini melatih operasi penyelamatan di daerah Beit Ciin. Kerja sama militer seperti ini telah sering berlangsung dalam kategori kerja sama militer yang sangat rahasia.

Angkatan Laut dan Udara Turki, Israel dan Amerika Serikat mengadakan latihan militer gabungan di Mediterania. Latihan gabungan ini diberi nama dengan “Reliant Mermaid X”. Latihan tersebut berlangsung 17-21 Agustus dengan tujuan untuk praktek koordinasi pencarian darurat dan operasi penyelamatan.

Pada April 2009, Presiden AS Barack Obama dan Raja Arab Saudi Abdullah membahas kerja sama mengenai cara mengatasi krisis ekonomi global dan upaya bersama memerangi terorisme, dalam pembicaraan langsung pertama mereka di sela pertemuan puncak G20, demikian Gedung Putih. Obama kembali menyampaikan dukungannya pada gagasan Arab Saudi bagi penciptaan perdamaian Arab-Israel yang hampir macet sejak proses itu diluncurkan pada 2002. “Para pemimpin itu menyampaikan kembali hubungan kuat dan lama di antara kedua negara tersebut,” kata Gedung Putih dalam satu pernyataan.

Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat sepakat memperbaharui komitmen dan meningkatkan hubungan kedua negara ke tahap yang lebih tinggi dan kerja sama di segala bidang termasuk perang melawan terorisme. Demikian dikemukakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Hotel Shangri-La, Singapura, Ahad (15/11), seusai melakukan pertemuan dengan Presiden AS Barack Obama.

Intervensi Barat dan Politik Adu Domba di Yaman, Sudan, Pakistan, dan Somalia.

Intervensi dan adu domba menjadi ciri utama dari kebijakan imperialisme Barat. Di Pakistan, AS mendorong pemerintah Pakistan untuk memerangi mujahidin Taliban. AS menggunakan tentara Pakistan untuk memerangi Taliban. Pengkondisian pun dilakukan dengan melakukan melakukan pemboman di markas tentara atau polisi Pakistan yang kemudian dituduhkan kepada Taliban. Rakyat sipil pun dikorbankan dengan pembomanan di tempat-tempat umum, lagi-lagi yang disalahkan adalah Taliban. Hal ini kemudian memicu konflik horizontal di Pakistan, antara sesama umat Islam dan antara tentara Pakistan dengan Taliban.

Hizbut Tahrir wilayah Pakistan, pada 25/11/2009 mengadakan demontrasi di Islamabad, di luar Club Wartawan, mengkritik kezaliman para penguasa yang menjadi antek dan hanya melayani kepentingan Amerika. Para demonstran mengecam keterlibatan pemerintah serta sikapnya yang membiarkan Amerika melaksanakan operasi pemboman di negeri ini, dengan menggunakan perusahaan mereka sendiri, seperti perusahaan Blackwater. Para demonstran menuntut diakhirinya keberadaan Amerika dan mengakhiri perang, “fitnah” di Waziristan dengan cara mendirikan negara Khilafah yang akan memobolisasi pasukan untuk menyapu bersih Tentara Salib.

Perang melawan terorisme pimpinan Amerika memasuki fase baru pada bulan Desember 2009 ketika aksi militer dialihkan dari Afghanistan ke Yaman. Amerika Serikat meluncurkan rudal-rudal jelajah yang dilakukan dengan bantuan pasukan pemerintah Yaman, dengan menggunakan tank-tank, helikopter-helikopter dan artileri yang menyerbu desa-desa di pegunungan yang diduga menyembunyikan jaringan Al-Qaeda Osama bin Laden.

Tampaknya serangan-serangan yang dilakukan Amerika di Yaman sesuai dalam tujuan-tujuan Amerika untuk mengontrol Teluk Aden setelah mereka gagal mengalahkan rezim Somalia dan dikarenakan kepentingan-kepentingan strategis umum Amerika di Afrika. Sebagaimana ketidakmampuan pemerintah Sudan untuk menangani apa yang awalnya adalah perbedaan-perbedaan kesukuan di negeri mereka maka Amerika kemudian campur tangan dan kemudian menggunakan konflik itu untuk mencapai tujuan pengendalian kekayaan minyak Sudan. Tampaknya Amerika menggunakan ketidakmampuan rezim Yaman untuk menangani masalah-masalah dalam negeri untuk ikut campur dalam urusan negeri itu dan kemudian berada secara permanen di perairan strategis di Aden.

Standar Ganda Penegakan HAM : Penjara Guantanamo, Abu Ghuraib dan Penjara Rahasia

Obama telah berjanji menutup Penjara Guantanamo. Tapi terbukti hingga saat ini penjara Guantanamo masih belum ditutup. Obama malah menyatakan banyak kendala untuk menutup penjara yang mengerikan ini. Banyak yang berharap penyiksaan pengadilan militer dihentikan. Namun, tahanan Guantanamo tetap dipenjarakan, dipindah ke tempat lain. Dia juga memutuskan melanjutkan pengadilan militer yang kontroversial. Meskipun dia telah membuat banyak retorika bahwa CIA telah dilarang melakukan penyiksaan, Obama memutuskan tidak menuntut siapapun yang telah melakukan penyiksaan di masa lampau dan tidak terikat dengan aturan bukti-bukti penyiksaan di tempat lain.

Pada bulan Agustus, media juga mengungkap kekejian yang dilakukan oleh CIA. Badan intelijen ini menggunakan beberapa teknik interogasi “tidak berperikemanusiaan” yang digunakan oleh CIA terhadap tahanan dalam kampanye War on Teror pada zaman mantan Presiden George W Bush. Dokumen rahasia yang dipublikasikan, menunjukkan penyidik CIA mengancam akan membunuh anak-anak seorang tahanan dan memaksa orang yang dicurigai sebagai teroris untuk melihat ibunya diperkosa di depannya.

Dukungan Barat terhadap Rezim Represif Negeri Islam

Sikap hipokrit kebijakan luar negeri Barat tampak dari dukungan mereka terhadap pemerintah otoriter di negeri Islam seperti Mesir, Suriah, Saudi Arabia dan Uzbekistan. Di satu sisi bicara HAM, sisi lain malah mendukung rezim yang dikenal berperilaku kejam terhadap rakyatnya. Presiden Obama tetap juga mendukung penguasa tiran dan kriminal di negeri-negeri Islam sebagaimana pendahulunya.

Dalam wawancara dengan BBC, Obama menggambarkan Mubarak – Raja Firaun Mesir yang menyiksa dan mendzalimi penentang-penentangnya- dengan mengatakan: “Mubarak merupakan koalisi pendukung yang kuat bagi Amerika Serikat…. Dia telah menjadi kekuatan untuk menjaga stabilitas dan memberikan kebaikan di kawasan Timur Tengah“. Obama juga memuji Mubarak yang konsisten mendukung perdamaian dengan Israel termasuk memblokade rakyat Gaza untuk mendapat bantuan dan dana kemanusiaan.

Menguatnya Islamophobia di Barat

Lebih 57 persen rakyat Swiss, lewat referendum Minggu (29/11) memilih untuk melarang pembangunan menara-menara masjid. Negara itu dengan terang-terangan telah bergabung dengan gelombang sentimen anti-Islam yang semakin menyebar ke seluruh Eropa. Perancis melarang hijab (jilbab), Perdana Menteri Italia Berlusconi menuduh Islam adalah peradaban yang rendah, sementara Menlu Inggris Jack Straw menyerang niqab (cadar), dan seterusnya.

Apa yang terjadi di Barat bukanlah sekadar pelarangan menara atau jilbab, tapi sebuah bentuk nyata dari pertarungan peradaban (clash of civilization). Hal ini tampak nyata dari alasan-alasan yang dikemukan oleh pihak-pihak yang menolak menara masjid. Yang mereka tolak adalah ajaran Islam yang memang merupakan sebuah ideologi dengan sistem hukum yang didasarkan pada akidah Islam. Pendukung pelarangan menara itu menyebut pembangunan menara akan mencerminkan pertumbuhan sebuah ideologi dan sistem hukum yang tidak sejalan dengan demokrasi Swiss.

Walhasil nasib umat Islam tidak akan berubah selama umat tidak memiliki Khilafah Islam yang akan menerapkan syariah Islam. Khilafah adalah pemersatu dan pelindung umat dari penjajahan Barat. Khilafah juga akan membebaskan umat dari seluruh persoalan kehidupan mereka dengan menerapkan syariah Islam dalam segala aspek. Karena itu, perjuangan penegakan Khilafah semakin relevan dan penting untuk membangkitkan umat menuju masa depan yang lebih baik. (Farid Wadjdi)
Selengkapnya tentang Kaleideskop Dunia Islam 2009 : Objek Imperialisme Barat